Analisis Kasus Dari Sudut pandang Antropologi Kesehatan

Gunung Kidul, Pemasok TKI
Tinggi Kasus HIV/AIDS
Linda Tresna Ayu/3401411178/Rombel 1/Antropologi Kesehatan

Majalah SINERGI Edisi Desember 2023-Januari 1014

            HIV/AIDS masih cenderung meningkat, Biasanya kita menjumpai penyakit ini dikalangan masyarakat kota, tapi sebenarnya adapula masyarakat pedesaan yang terkena virus mematikan ini. Seperti yang terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta, Jumlah ODHA di daerah penghasil TKI/TKW meningkat signifikan dalam tiga bulan terakhir. Tingginya penderita HIV/AIDS di Gunung Kidul tidak lepas dari banyaknya warga yang menjadi buruh migran di luar daerah, biasanya para laki-laki merantau dalam jangka waktu yang lama. Untuk memenuhi kebutuhan biologis, mereka berhubungan seks dengan perempuan yang bukan pasangannya. Saat kembali ke tempat asalnya, para laki-laki berhubungan dengan istrinya. Hal tersebut menjadi faktor penyebaran HIV/AIDS menjadi tinggi, faktor heteroseksual dari kaum laki-laki menjadi penyumbang terbesar penyebaran HIV/AIDS di Gunung Kidul mencapai 75% dari total penderita yang terdeteksi.
Analisis Antropologi Kesehatan

            Dalam Foster (1986), Antropologi Kesehatan mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi Teoritis dan teori Praktis, Dimensi teoritis adalah studi komprehensif tentang relasi timbal balik faktor biologis dengan budaya terkait dengan permasalahan kesehatan dan penyakit. Sedangkan dimensi praktis dimana partisipasi profesional ahli antropologi dalam program perbaikan kesehatan masyarakat dan perubahan tingkah laku sehat yang lebih baik. Bila di lihat dari dua dimensi menurut Foster kita akan melihat lebih mendalam fenomena HIV/AIDS di Gunung Kidul ini secara imiah dan sudut pandang yang berbeda dari sudut pandang yang biasanya.
            Penyakit adalah masalah yang dialami seluruh umat manusia setua peradabannya, sepanjang hidup tidak akan ada manusia yang tidak mengalami sakit. Masyarakat Gunung Kidul yang merantau mempunyai kebutuhan yang harus dicapai dan dipenuhi, bukan hanya kebutuhan ekonomi akan tetapi kebutuhan biologisnya pun harus terpenuhi ini yang menjadi faktor penting mengapa di daerah Gunung Kidul penderita HIV/AIDS mencapai 75% dari total penderita yang terdeteksi. Dalam fenomena ini ada dua faktor yang saling terkait yaitu faktor biologis dan kebudayaan, Para laki-laki yang merantau tidak dapat memenuhi kebutuhan biologisnya dikarenakan berjauhan dengan istrinya, sehingga para laki-laki mencari kebutuhan biologisnya dengan seks bersama wanita lain yang bukan istrinya,sekarang pertanyaanya mengapa ada faktor kebudayaan? Para laki-laki melihat perilaku sesama perantau melakukan hal ini dan selanjutnya para laki-laki yang lain pun menganggap hal ini adalah hal yang wajar dan lumrah, ini menjadi pola perilaku yang terjadi secara terus menerus tanpa berpikir dampak yang akan timbul dari pola perilaku yang menyimpang ini.

Comments

Popular posts from this blog

Teori Struktural Fungsional A.R. Radcliffe-Brown

Review The Ron Clark Story Film

Teori-Teori Sosiologi Pembangunan