Mentoring Sebagai Budaya-Nya UNNES
MENTORING SEBAGAI BUDAYA-NYA UNNES
Linda Tresna Ayu/ 3401411178
Unit Mentoring Agama
Islam Universitas Negeri Semarang atau biasa disebut dengan UMAI UNNES
adalah sebuah sarana yang disediakan bagi mahasiswa untuk menambah ilmu dan
wawasan mengenai Agama Islam disamping Matakuliah Pendidikan Agama Islam (PAI).
Berangkat dari sebuah pandangan bahwa pada tingkat Perguruan Tinggi, pemberian
ilmu Agama Islam hanya terbatas pada satu matakuliah PAI yang notabenenya hanya
dua SKS dan itu hanya ditempuh dalam satu semester saja. Oleh karena itu
munculah sebuah pemikiran bahwa diperlukan sebuah Asistensi Matakuliah PAI
sebagai sebuah upaya untuk melengkapi hal yang dirasa kurang lengkap tersebut. Maka
lahirlah Unit Mentoring Agama Islam UNNES. Secara struktur kelembagaan Tutorial PAI UNNES berada di bawah MKU/MKDK
UNNES, kemudian diatasnya ada LP3 UNNES yang berada di bawah Pembantu Rektor
Bidang Akademik (PRI)UNNES.(
http://umaiunnes.blogspot.com/p/tentang-tpai.html)
A.
Kegiatan Mentoring
Kegiatan mentoring dilakukan oleh seorang mentor yang dilaksanakan satu
kali dalam seminggu, jadwal mentoring menyesuaikan dengan jadwal kuliah dari
peserta mentoring yang berasal dari jurusan dan prodi yang berbeda. Peserta
mentoring dikelompokan berdasarkan rombel MKU (Mata Kuliah Umum) Pendidikan Agama
Islam. Didalam satu kelompok mentoring terdiri dari 10 peserta mentoring dengan
satu mentor. Kegiatan mentoring diwajibkan untuk mahasiswa yang sedang
mengambil mata kuliah PAI karena nilai akhir diperoleh berdasarkan mentoring
yang berbobot 40% dan nilai mata kuliah PAI 60% .
Mentoring biasa dilakukan di Masjid, Musholah, ataupun Gazebo di sekitar
kampus. Mentorig mempunyai berbagai kegiatan yaitu, Mengaji, belajar tajwid,
dan siraman rohani atau kultum. Saat awal pertemuan biasanya dilakukan doa
bersama yaitu doa belajar, selanjutnya peserta membaca Al-Qur’an secara
bergantian setelah itu membahas tajwid apabila ada salah satu peserta yang
belum sesuai membaca Al-Qur’an lalu kita berbagi cerita tentang pengalaman yang
menarik, berbagi ilmu bahkan, mencertakn tentang hobi kita masing-masing.
Kegiatan Mentoring dilaksanakan secara
sistimatis karena kegiatan
mentoring tersebut memiliki silabus sebagi acuan dari kegiatan mentoring itu
sendiri, silabus disusun oleh Unit Mentoring Agama Islam Universitas
Negeri Semarang (UMAI UNNES). Dalam kegiatan mentoring menggunakan buku panduan
khusus yaitu buku “Panduan
Mentoring” didalam buku tersebut terdapat materi yang akan di berikan
secara urut dan sistematis. Buku Panduan
mentoring bisa diperoleh dengan membelinya saat verifikasi data saat awal
penerimaan mahasiswa baru. Buku yang digunakan Niam saat memberi mentoring
bukan hanya buku panduan tersebut akan tetapi menggunakan buku lain misalnya
buku tajwid ataupun buku fiqih, buku yang digunakan Niam tidak terpatok dengan
buku yang berkaitan tentang agama atau ibadah melainkan dapat menggunakan buku
motivasi ataupun buku biografi orang sukses untuk kegiatan mentoring
Selain kegiatan
mentoring ada pula Kuliah Ahad Pagi atau sering kita singkat dan sering
terdengar KAP, KAP merupakan kuliah bersama yang dilaksanakan pada hari miggu
di Masjid Ulul Albab UNNES, Setiap minggunya menampilkan para tokoh yang dapat
menambah ilmu pengetahuan kususnya pengetahuan Agama Islam, KAP merupakan
serangkaian kegiatan mentoring karena setelah acara selesai para peserta
berkumpul dengan mentornya masing-masing untuk melakukan presensi dan membahas
topik yang disampaikan pada saat KAP, KAP dilaksanakan bukan hanya di Masjid
Ulul Albab tapi bisa di luar ruangan atau outdoor, KAP seperti umumnya kuliah
karena ada mid semester dan ujian akhir.
B.
Mentor
Hasil yang saya paparkan diatas berdasarkan hasil wawancara dari narasumber
yang merupakan seorang mentoring yang bernama Khoerun Niam dari Pendidikan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Saya melakukan wawancara pada hari Minggu
5, Januari 2014 di C7 pada pukul 20.00 WIB. Khoerun Niam menjadi mentor pada
semester 3 sedangkan di semester 5 dia sudah tidak menjadi mentor lagi
dikarenakan kesibukan yang lain. Pada awal memasuki semester 3 Niam biasa
disapa mengikuti Open Recruitmen atau Oprec untuk menjadi mentor, saat oprec
Niam dites bagaiman dia menguasai membaca Al-Qur’an, tajwid, dan pengetahuan
lain tentang agama Islam.
Alasan Niam menjadi mentor karena dia ingin berbagi ilmu dan pengetahuan
tentang apa yang telah diperoleh dan juga dia ingin menambah wawasannya tentang
ilmu agama yang menurutnya masih sangat kurang. Niam merasa bahwa mentoring
dapat membuat dirinya lebih berkembang dalam bidang agama karena dapat ilmu
dari para mentor lain, peserta dan tokoh-tokoh yang mengisi Kuliah Ahad Pagi.
Niam selalu ingat bahwa belajar itu tidak pernah ada hentinya hingga keliang
lahat maka itu juga yang menjadi alasan kuat untuk niam menjadi seorang mentor.
Dalam setahun Niam menjadi mentor ada suka dan duka yang dialaminya, sukanya
Niam dapat bertukar pikiran,ilmu, dan pengalaman dengan peserta mentoring dan
mentor yang lain, Sedangkan dukanya dia merasa bahwa antusias peserta mentoring
dan KAP sangat kurang karena yang datang hanya beberapa saja.
C.
Peserta Mentoring
Narasumber saya yang kedua merupakan peserta mentoring yang bernama
Indriyani Lafianingtyas yang biasa disapa Indri, Indri adalah mahasiswa
Pendidikan Sosiologi dan Antropologi yang pada semester 2 mengikuti mentoring.
Indri mengikuti mentoring karena dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam
mewajibkan dan merupakan salah satu syarat mahasiswa dalam mata kuliah PAI.
Jadwal mentoring Indri setiap minggu satu kali yaitu hari rabu untuk jam
sendiri flexibel terkadang jam 9, jam 3, bahkan bisa jam 8 malam. Mentoring
yang Dia lakukan sebenarnya bukan dari hati keinginan untuk menuntut ilmu akan
tetapi terpaksa karena ultimatum dosen mata kuliah PAI yang mengharuskan
mengikuti mentoring dan KAP. Indri menjelaskan bahwa untuk menuntut ilmu
sebaiknya dari hati atau keinginan sendiri, dia menganggap tujuan mentoring itu
sangat baik akan tetapi mengapa harus disangkutpautkan dengan nilai mata kuliah
PAI, dan dia menganggap bahwa mentoring tidak efektif dan efisien dalam
meningkatkan iman dan taqwa mahasiswa, mentoring dan KAP dianggap membosankan
karena dia merasa pengetahuan yang diberikan mentoring sudah dipelajari dan
terkesan monoton. Para mentor tidak mengajarkan toleransi, karena yang sudah
saya jelaskan bahwa pada saat mentoring dia hanya diajarkan ilmu yang
sebenarnya masih sangat umum, misalnya mengaji, tajwid, ataupun sesekali cara
kita beribadah atau ilmu fiqih, akan tetapi kita tidak diajarkan dan diberi
ilmu mengenai bagaimana kita menghargai sebuah toleransi, baik itu dengan
sesama muslim atupun umat yang beragama lain.
<iframe src="https://drive.google.com/file/d/0B9cyV_seX_oMZmdtUUN2T2Q1eU0/preview" width="640" height="480"></iframe>
<iframe src="https://drive.google.com/file/d/0B9cyV_seX_oMZmdtUUN2T2Q1eU0/preview" width="640" height="480"></iframe>
Comments
Post a Comment